Senin, 15 Desember 2014

Gadis Penyulam Kenangan

Senja mulai turun di Bandung, kotaku
Soreku terbuat dari cahaya jingga dan kopi hitam yang sudah tinggal setengah
Dalam guyuran sinar senja, mataku bertubrukan dengan mata kenangan
Menyiramku dengan ingatan tentang gadis itu
Gadis itu adalah gadis penyulam kenangan
Kain-kain rinduku terbang bersama angin lalu tersangkut kepada kepulan awan sore ini
Matanya adalah mata senja yang tenggelam diantara landai bukit-bukit
Sudah lama waktu berlalu sejak terakhir kali aku berbincang dengan gadis itu
Sudah lama berlalu sejak terakhir kali aku menggandeng tangannya berjalan sepanjang jalan yang bagai tanpa ujung itu 
Sudah lama aku tak menemaninya menyulam satu persatu rindu dengan benang kenangan
Masih kuingat bau vanilla ditubuhnya tempatku meletakkan kepalaku setelah menangis di senja itu

Bandung, 15-12-2014, 17.36

Jumat, 05 Desember 2014

Aku dan kenangan saat hujan.

Aku dan hujan kenangan.

Ini Bandung kotaku yang tak lagi sejuk, tapi  belakangan ini dinginnya menusuk tulang karena hujan.

Aku suka hujan. Aku suka memperhatikan garis-garisnya. Aku suka melihat bulirnya yang enggan jatuh dari pucuk daun.

Hari ini aku kehujanan lagi. Sudah kali ke 4 di minggu ini aku harus berhenti di alfamart tak jauh dari rumahku. Kapan saja hujan terjadi, dia selalu mengajarkanku arti menunggu.  Hujan banyak menciptakan genangan, tapi bagiku hujan juga banyak memunculkan kenangan.

Entahlah, tiba-tiba kenangan tentangmu berkecipak kembali. Memori tentang kedatangan pertamaku di Stasiun Tugu waktu itu. Waktu itu tak ada hujan, matahari menyengat panas. Peluh ku melepuh di tubuhku. Aku berasal dari bandung yang tak terbiasa dengan panas seperti itu. Tiba-tiba terasa ada getaran dari saku celanaku, "ini pasti dia" pikirku. Benar saja, ada panggilan masuk bertuliskan "Gokong" di layar handphoneku, nama panggilan sayangku untukmu. "Aku di parkiran" katamu. Aku berjalan dengan semangat menggebu. Aku ingat berjalan ke parkiran dengan sedikit berlari, sulit rasanya menutupi deru semangat kegembiraanku waktu itu. Tapi, tak kutemukan kau disana.

Kesal rasanya, ditambah matahari yang ingin membunuhku. Tapi seketika panas dan kesalku hilang seperti asap rokok yang sedang kuhembuskan saat ku memalingkan wajahku ke arah lain dan ada kau disitu. Ahh, sudah lama sekali rasanya kejadian itu. Entahlah aku suka mengenang tentang pertemuan pertama kita. Tentang aku yang gugup dan tak berani menatap matamu, tentang aku yang mrmberanikan diri untuk mencium pipimu waktu itu, tentang aku yang pertama kali memelukmu, tentang nasi goreng yang kau pesan di 'Semesta' tapi tak kuhabiskan karena aku sibuk mengagumimu waktu itu, tentang Berto dan Patricia teman-teman baruku, tentang air matamu disaat aku akan pulang. Aah! Air mata.. Sudah kukatakan tadi bukan? Sudah kukatakan kalau aku suka hujan. Tapi tidak yang turun dari sudut matamu.

Bulan ini aku akan mengemasi pakaianku, aku akan kembali ke rumahku, aku akan kembali ke pelabuhan itu. Tempat aku melabuhkan rinduku, pelukanmu. Dan menciptakan banyak kenangan baru untuk dikenang saat aku berteduh di alfamart dekat rumahku.